Andai kan kau tau,
ada amarah dalam diamku,
Ada beribu kata yang sedang membuncah dalam dada ini.
Ah...tapi apakah kamu mau mengerti perasaan aku, sedangkan kamu asik dengan mainan baru mu.
Kau asik dengan gadget barumu, hingga tidak kau pedulikan aku
Entah, sudah berapa kali aku menjadi hilang mood bicara dengan mu
bahkan untuk sekedar menatap wajahmu saja, mood ku sudah hilang
bila kamu asik dengan mainan baru mu itu
Memang, teknologi mendekatkan yang jauh
dan menjauhkan yang dekat,
Aku merasakan nya dari mu,
orang yang ingin menjadi bagian dalam hidupku
Mengapa tak kau tinggalkan gadget itu, sebentar saja
Biarkan kita berbagi cerita cinta kita
Biarkan tawa ini mengalir tanpa jeda oleh gadgetmu itu
Biarkan aku melepas kerinduan ini hanya dengan mu
Karena teknologi tak mampu menuntaskan rasa rindu
Entahlah....
Satu hal yang pasti, ada amarah dalam diamku
Entah berapa lama, hanya waktu yang kan menjawabnya.
Desember 04, 2012
Juli 31, 2012
Dimanakah Dia
Langkah kaki ku seakan tertahan
Terasa berat untuk sekedar berdiri
Terseok-seok aku berjalan menyusuri
jalan ini
Jalan penuh liku dan berduri tanpa
arah tujuan
Dimanakah dia?
sesuatu yang aku cari-cari itu?
Akankah aku menemuinya nanti di
ujung jalan sana?
Dimanakah dia?
sesuatu yang pernah aku miliki itu
Apakah dia menghilangkah bersama
debu dan angin lalu
Dimanakah Dia?
Sesuatu yang selama ini ku yakini
kebenaran nya
Apakah dia tersapu oleh badai dan
angin keangkuhan
Haruskah aku terus menyusuri jalan
berduri ini
Atau berdiam di tempat ini hingga
ajal menjemputku
Namun, ada satu pinta ku pada dia
sebelum aku tutup usia, aku ingin terlelap dalam pelukannya
Karena di
sanalah aku menemukan kedamaian abadi dalam dunia nyata
Karna
perasaan abadi tak kan pernah hilang….
Juli 26, 2012
Celoteh Siang
Cerita ini kejadian yang gue alamin sendiri, saat ini usia gue udah menginjak 29 taon, hehe. Gue tipe cewek yang bukan girly abis ataupun punk rock sejati, khususnya dalam hal berpakaian. Selama ini nggak ada yang complain dengan penampilan gue kecuali emak gue sendiri, tapi seringkali gue abaikan, maklum anak muda ( maafkan anakmu ini emak ). Atau mereka yang gak pernah complain tuh takut ama gue yang super cerewet ini yah, hihii…beneran deh, amat sangat jarang dalam kehidupan gue, gue memakai rok panjang, walaupun gue pake hijab, tapi paling yang casual casual aja yang penting nyaman di pake, gak peduli orang ngeliat gue seperti apa, cuek abis and yang penting gue gak pake rok kecuali pas gue sekolah. Eh suatu ketika tiba tiba ada seorang cowok yang emang gue suka juga, sering kasih masukan ke gue, ya udah aja deh dimulai dari 0 cara make’y…padahal sih maksudnya pengen yang simple simple aja tapi kebayang nggak sih jenk, gue rada jetlag abis, gue yang biasa slebor dalam hal berpakaian, tiba tiba harus feminin2 gitu.
Tapi, apa boleh buat dah, demi orang2 yang gue sayang, demi nyokap juga yang selama ini udah banyak ngingetin gue, buat pake dress yang gak ketat-ketat, no celana pensil namun sering gue abaikan, hehe…sekarang Insya Allah semua udah mulai gue rubah kearah yang lebih baik tentunya. Walaupun kadang rada ribet juga, karena gak biasa mix and match baju, yang penting gue nyaman selama ini. Sekarang harus kebet-kebet padu padan busana,,whew….buat gue ini rada ribet…
But, jalani aja dah, gue yakin ada hikmah di balik ini semua, gue yang tadinya slebor abis, sekarang lebih feminin, mulai dandan, and rada-rada girly gitu,,,,wkwkwkwkk….
But, jalani aja dah, gue yakin ada hikmah di balik ini semua, gue yang tadinya slebor abis, sekarang lebih feminin, mulai dandan, and rada-rada girly gitu,,,,wkwkwkwkk….
Yang tadinya amat sangat jarang ke salon, sekarang mulai ramah ke salon :) ampe di komentarin ma tetangga2, untung aja komen nya bagus, hehe…katanya sekarang gue beda, lebih feminine, agak cantikan juga…ahahhaaa…yang terakhir jangan di percaya dah cus kalo cantik relative, tapi kalo jelek itu mutlak….xixiixixiii…pipiiisss… :p
So, kesimpulan yang gue dapet adalah, beri perhatian lebih pada diri sendiri, karena bagaimanapun juga rata rata cowok adalah mahluk visual and mereka pasti lihat fisik dulu, dalam hal ini penampilan. Walaupun kecantikan batiniah lebih menggoda, gak ada salahnya kali yah di imbangin dengan cantik jasmani, asal gak berlebihan menurut gue. Ya beli peralatan make-up, trus pergi ke salon, beli pakaian etc budgetin sebulan sekali, gak apa2 dah,,,hehehe… asal sesuai ama kantong gue :)
Mau tau kaya apa??nih gue upload dah hehe...
Simple aja khan, tapi beneran, buat gue ini bikin ribet juga, tapi sekarang udah jadi kebiasaan sehari hari.
So...Salam Cantik :)
Simple aja khan, tapi beneran, buat gue ini bikin ribet juga, tapi sekarang udah jadi kebiasaan sehari hari.
So...Salam Cantik :)
ungu unyu :) |
Mei 11, 2012
Ibuku, Adalah Wanita dalam Pasungan itu
Pagi yang cerah,
semburat pesona cahaya muncul perlahan dari balik rimbun nya dedaunan,
kilaunya merasuk ke dalam sebuah kamar Gubuk tua di sebuah pinggiran
pematang sawah. Tampak seorang Nenek tua renta dengan kerut keriput di
wajahnya, berjalan tertatih menuju sebuah bilik kamar yang seolah tak
berpenghuni.
“ Rat, ini kubawakan makanan untukmu, di makan ya”. Nenek tua itu berkata pada anaknya.
Dari balik Jendela, terlihat seorang wanita paruh baya sedang berada dalam pasungan, hanya di temani Kain Jarik berwarna Coklat, Cangkir tua berisikan air putih dikala dia haus dan Lampu Sentir yang di letakkan pada bilik bambu yang penuh dengan sarang laba-laba. Wajahnya yang dulu cerah, putih bersih kini berubah kuyu dan lemah. Sejak Setahun lalu dalam pesakitan, tak ada lagi yang bisa di lakukkannnya kecuali hanya berdiam diri di dalam kamar sempit itu. Kisah nya menjadi buah bibir warga kampung, bahkan ketika aku mengajaknya keluar Ibu selalu menangis, mencaci, bernyanyi bahkan meracau, sebab itulah Warga Kampung resah dan meminta Ibu berada dalam pasungan.
Ratna, nama wanita paruh baya itu, sesekali dia berurai air mata di dalam pasungan nya, namun sejurus kemudian berpendar tawa di wajah kuyu nya. Sejak Ayah meninggal dalam sebuah kecelakaan, Ibuku seperti kehilangan akal sehatnya, cinta yang mereka bangun selama 13 tahun hilang sudah bersama Sang Belahan Jiwa. Setiap hari, selalu tampak gurat kesedihan di balik wajahnya. Bahkan Ibu pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan naik ke atas Genteng tetanggaku dengan sebilah parang yang sudah siap di tangannya, namun berhasil di cegah oleh warga sekitar.
Kami tinggal dalam gubuk tua itu hanya bertiga dengan Nenek ku yang bernama Nek Isah, Ibu dan aku yang masih duduk di bangku sekolah kelas 1 SMP, kami terbiasa hidup dalam kebersahajaan
“Nisa berangkat sekolah ya, Bu! Ku kecup lembut pipi Ibu. Tak lupa ku bisikkan kata sayang kepadanya “ Nisa sayang Ibu “.
Dalam Perjalanan Ke Sekolah
“Nis…Apa kau tidak malu mempunyai Ibu yang seperti sekarang ini?” Dina sahabatnya bertanya pada Nisa ketika mereka berjalan menuju Sekolah.
“ Ah..kenapa aku harus malu, toh kenyataan nya dia adalah Ibuku, Ibu yang melahirkan dan merawatku dengan susah payah. Kalaupun sekarang aku yang merawatnya, itu karena Tuhan ingin menguji kesabaran ku “.
“ Lalu, apa yang kau lakukkan bila teman-teman kita mengejekmu?”. Maafkan aku Nis, jika begini pertanyaanku”.
Aku menatap wajah Dina sahabatku itu dengan lembut sambil berkata :
“ Din…terima kasih ya, atas persahabatan kita ini, kau tidak menjauhiku seperti yang lainnya. Dulu sebelum Ibuku seperti sekarang ini, Beliau pernah menasehatiku bahwa “ tidak ada satupun Ciptaan Tuhan yang gagal, karena Dia Maha Sempurna, walaupun manusia itu lahir dalam keadaan cacat sekalipun, bahkan mungkin seperti yang di alami Ibuku saat ini”
“ Din.. Aku yakin ini yang terbaik yang di berikan Tuhan terhadapku”. Dina pun menatap wajah sahabatnya itu dan memeluknya erat, mereka pun kemudian melanjutkan perjalanan sampai di pintu Gerbang Sekolah menuju kelas mereka masing-masing.
Sepulang Sekolah
Siang itu Matahari amat terik, Aku dan Dina berjalan melewati sebuah Jembatan yang hampir putus dan pinggiran Pematang Sawah. Kami biasa melintasi area – area tersebut sejauh 3 Km. Karena Sekolah kami hanya ada di dekat Kecamatan. Sepulang Sekolah Aku tidak berlama lama beristirahat ataupun sibuk bermain dengan teman sebaya ku. Karena Aku harus berjualan Susu Kedelai yang ku ambil tak jauh dari Rumah demi untuk membantu Nenek dan Ibu. Harta peninggalan Kakek berupa Sebidang Rumah dan Sawah telah habis di jual untuk mengobati Ibu yang hingga kini ini tak kunjung sembuh. Kini hanya Gubuk tua yang masih tersisa dan ditempati oleh kami.
Aku biasa berkeliling menjajakan dagangan sepulang Sekolah hingga Pukul Empat Sore. Setelah pulang dari berjualan biasanya aku langsung mandi dan berkemas ke rumah Ibu Guru tempat Aku dan Dina Mengaji dan Belajar.
“ Nis, hari nampaknya gelap sekali, ayo lekas kita berangkat ”
“ Iya, sabar Din, Aku pamitan dengan Ibuku dulu ”.
Setelah berpamitan, mereka berjalan melewati jalan setapak sejauh 1 Km untuk sampai di rumah Ibu Guru kami sebelum adzan maghrib berkumandang.
“ Nisa dan Dina, kalian adalah murid terbaik yang Ibu punya, walaupun jarak rumah kalian jauh namun itu tidak menghalangi kalian untuk bisa ke sini setiap harinya”.
“ Semoga kalian menjadi Suri Tauladan di Masyarakat dan menjadi anak-anak yang berguna untuk Agama dan Orang tua kalian, sampaikan Salam Saya untuk Orang tua kalian “. Begitu nasehat Ibu Jannah.
Kedua Sahabat itu saling berpelukan, mereka berjanji akan selalu mengingat nasehat Ibu Guru sampai kapanpun. Setelah pukul Delapan malam merekapun berpamitan untuk pulang kerumah.
Malam itu angin berhembus semilir, suasana kampung yang tidak begitu ramai membuat penduduk lebih memilih untuk masuk ke dalam rumah mereka selepas Maghrib, hanya Nampak dua orang sahabat itu berjalan menyusuri jalan yang sama, di temani suara Jangkrik dan bermandikan Cahaya Rembulan yang redup, mereka bergegas mempercepat langkah mereka, karena hari akan segera turun hujan.
“ Din, cepetan yuk, hujan turun semakin deras, kita sudah kepalang tanggung nih, sekitar 15 menit lagi kita sampai di rumah”.
“Apa tidak sebaiknya kita berteduh dulu di rumah penduduk itu Nis”, Dina menunjuk salah satu rumah warga.
“ kalau kita berteduh, akan lebih larut malam lagi kita akan sampai di rumah, Din “
“ Perasaan ku tidak enak Din, aku lupa mengisi Lampu Sentir dirumah dengan minyak tanah, tadi kulihat tinggal setengahnya, Nenek tidak tahu aku menaruh di mana minyak tanah itu “.
“ Baiklah kalau begitu, sebenarnya aku takut dengan petirnya Nis, tapi kalau ada kamu di sampingku, aku siap melewati apapun”. Nisa hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu.
Persahabatan kami yang begitu kental sedari kecil, membuat kami mampu melewati suka duka persahabatan kami selama ini. Setelah hampir sampai di dekat rumah ku, langkahku seperti tertahan. Aku melihat warga sekitar rumah sudah berkumpul di depan Gubuk tua itu, terlihat orang keluar masuk disana.
“ Ada apa ini? Apa Ibu ku sudah berbuat Onar lagi sehingga meresahkan Warga Kampung? “ Gumam ku kala itu.
Seperti tanpa di komando, aku langsung menerobos masuk kedalam rumah, aku tak pedulikan lagi buku-buku yang berjatuhan dan Baju ku yang basah kehujanan. Segera saja aku langsung masuk ke Ruang Depan Namun diriku tak mendapati Nenek Isah yang biasa tidur di Bale Bambu. Mataku langsung tertuju pada Kamar Ibu yang sudah di kerumuni Warga. Sejurus kemudian, tangisan ku langsung membuncah, memecahkan suasana dalam Gubuk tua. Bagai di sampar petir, kini aku mendapati Nenek dan Ibu ku sudah terbujur kaku saling berpelukan dalam Kain Jarik berwarna Coklat itu.
Bidan tetangga desa yang datang menjelaskan pada ku bahwa mereka telah meninggal karena kaku kedinginan, hujan deras yang mengguyur sedari sore memang amat menusuk tulang, di tambah keadaan Gubuk tua yang selalu kebocoran dikala hujan datang. Gubuk yang hanya ada dua Lampu Sentir sebagai penerangan dimalam hari, rupanya tidak cukup membuat kehangatan di tubuh mereka. Hingga akhirnya mereka terbujur kaku dengan posisi saling berpelukan.
Ada penyesalan yang mendalam yang aku rasakan, “Ah…andai saja aku tidak lupa untuk mengisi lampu-lampu sentir yang tinggal setengah itu, mungkin tidak begini kejadiannya, namun ini semua sudah ditakdirkan yang Maha Kuasa”.
“ Ya Tuhan, selagi Engkau luaskan rasa sabar di hatiku, dan selama Engkau tahu aku mampu melewatinya, aku pasrah menerima cobaan ini”.
Tak terasa air mata ini sudah meleleh membasahi pipi ku
Demi melihat jasad Nek Isah dan Ibu yang sedang di urus oleh warga sekitar, perlahan pandanganku mulai buyar, pikiranku serasa melayang di udara dan lama kelamaan aku merasakan semakin gelap, semakin menjauh hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.
*********
Catatan :
- Lampu sentir : lampu dengan 1 sumbu kompor dan minyak tanah.
- Kain Jarik adalah kain Batik khas Jawa tengah yang bisa dipakai untuk selimut
Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata, mohon maaf apabila ada kesamaan nama dan kejadian karena ini hanya untuk kepentingan semata tanpa maksud apapun. Kritik dan Saran yang membangun sangat saya harapkan yach. Salam :)
“ Rat, ini kubawakan makanan untukmu, di makan ya”. Nenek tua itu berkata pada anaknya.
Dari balik Jendela, terlihat seorang wanita paruh baya sedang berada dalam pasungan, hanya di temani Kain Jarik berwarna Coklat, Cangkir tua berisikan air putih dikala dia haus dan Lampu Sentir yang di letakkan pada bilik bambu yang penuh dengan sarang laba-laba. Wajahnya yang dulu cerah, putih bersih kini berubah kuyu dan lemah. Sejak Setahun lalu dalam pesakitan, tak ada lagi yang bisa di lakukkannnya kecuali hanya berdiam diri di dalam kamar sempit itu. Kisah nya menjadi buah bibir warga kampung, bahkan ketika aku mengajaknya keluar Ibu selalu menangis, mencaci, bernyanyi bahkan meracau, sebab itulah Warga Kampung resah dan meminta Ibu berada dalam pasungan.
Ratna, nama wanita paruh baya itu, sesekali dia berurai air mata di dalam pasungan nya, namun sejurus kemudian berpendar tawa di wajah kuyu nya. Sejak Ayah meninggal dalam sebuah kecelakaan, Ibuku seperti kehilangan akal sehatnya, cinta yang mereka bangun selama 13 tahun hilang sudah bersama Sang Belahan Jiwa. Setiap hari, selalu tampak gurat kesedihan di balik wajahnya. Bahkan Ibu pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan naik ke atas Genteng tetanggaku dengan sebilah parang yang sudah siap di tangannya, namun berhasil di cegah oleh warga sekitar.
Kami tinggal dalam gubuk tua itu hanya bertiga dengan Nenek ku yang bernama Nek Isah, Ibu dan aku yang masih duduk di bangku sekolah kelas 1 SMP, kami terbiasa hidup dalam kebersahajaan
“Nisa berangkat sekolah ya, Bu! Ku kecup lembut pipi Ibu. Tak lupa ku bisikkan kata sayang kepadanya “ Nisa sayang Ibu “.
Dalam Perjalanan Ke Sekolah
“Nis…Apa kau tidak malu mempunyai Ibu yang seperti sekarang ini?” Dina sahabatnya bertanya pada Nisa ketika mereka berjalan menuju Sekolah.
“ Ah..kenapa aku harus malu, toh kenyataan nya dia adalah Ibuku, Ibu yang melahirkan dan merawatku dengan susah payah. Kalaupun sekarang aku yang merawatnya, itu karena Tuhan ingin menguji kesabaran ku “.
“ Lalu, apa yang kau lakukkan bila teman-teman kita mengejekmu?”. Maafkan aku Nis, jika begini pertanyaanku”.
Aku menatap wajah Dina sahabatku itu dengan lembut sambil berkata :
“ Din…terima kasih ya, atas persahabatan kita ini, kau tidak menjauhiku seperti yang lainnya. Dulu sebelum Ibuku seperti sekarang ini, Beliau pernah menasehatiku bahwa “ tidak ada satupun Ciptaan Tuhan yang gagal, karena Dia Maha Sempurna, walaupun manusia itu lahir dalam keadaan cacat sekalipun, bahkan mungkin seperti yang di alami Ibuku saat ini”
“ Din.. Aku yakin ini yang terbaik yang di berikan Tuhan terhadapku”. Dina pun menatap wajah sahabatnya itu dan memeluknya erat, mereka pun kemudian melanjutkan perjalanan sampai di pintu Gerbang Sekolah menuju kelas mereka masing-masing.
Sepulang Sekolah
Siang itu Matahari amat terik, Aku dan Dina berjalan melewati sebuah Jembatan yang hampir putus dan pinggiran Pematang Sawah. Kami biasa melintasi area – area tersebut sejauh 3 Km. Karena Sekolah kami hanya ada di dekat Kecamatan. Sepulang Sekolah Aku tidak berlama lama beristirahat ataupun sibuk bermain dengan teman sebaya ku. Karena Aku harus berjualan Susu Kedelai yang ku ambil tak jauh dari Rumah demi untuk membantu Nenek dan Ibu. Harta peninggalan Kakek berupa Sebidang Rumah dan Sawah telah habis di jual untuk mengobati Ibu yang hingga kini ini tak kunjung sembuh. Kini hanya Gubuk tua yang masih tersisa dan ditempati oleh kami.
Aku biasa berkeliling menjajakan dagangan sepulang Sekolah hingga Pukul Empat Sore. Setelah pulang dari berjualan biasanya aku langsung mandi dan berkemas ke rumah Ibu Guru tempat Aku dan Dina Mengaji dan Belajar.
“ Nis, hari nampaknya gelap sekali, ayo lekas kita berangkat ”
“ Iya, sabar Din, Aku pamitan dengan Ibuku dulu ”.
Setelah berpamitan, mereka berjalan melewati jalan setapak sejauh 1 Km untuk sampai di rumah Ibu Guru kami sebelum adzan maghrib berkumandang.
“ Nisa dan Dina, kalian adalah murid terbaik yang Ibu punya, walaupun jarak rumah kalian jauh namun itu tidak menghalangi kalian untuk bisa ke sini setiap harinya”.
“ Semoga kalian menjadi Suri Tauladan di Masyarakat dan menjadi anak-anak yang berguna untuk Agama dan Orang tua kalian, sampaikan Salam Saya untuk Orang tua kalian “. Begitu nasehat Ibu Jannah.
Kedua Sahabat itu saling berpelukan, mereka berjanji akan selalu mengingat nasehat Ibu Guru sampai kapanpun. Setelah pukul Delapan malam merekapun berpamitan untuk pulang kerumah.
Malam itu angin berhembus semilir, suasana kampung yang tidak begitu ramai membuat penduduk lebih memilih untuk masuk ke dalam rumah mereka selepas Maghrib, hanya Nampak dua orang sahabat itu berjalan menyusuri jalan yang sama, di temani suara Jangkrik dan bermandikan Cahaya Rembulan yang redup, mereka bergegas mempercepat langkah mereka, karena hari akan segera turun hujan.
“ Din, cepetan yuk, hujan turun semakin deras, kita sudah kepalang tanggung nih, sekitar 15 menit lagi kita sampai di rumah”.
“Apa tidak sebaiknya kita berteduh dulu di rumah penduduk itu Nis”, Dina menunjuk salah satu rumah warga.
“ kalau kita berteduh, akan lebih larut malam lagi kita akan sampai di rumah, Din “
“ Perasaan ku tidak enak Din, aku lupa mengisi Lampu Sentir dirumah dengan minyak tanah, tadi kulihat tinggal setengahnya, Nenek tidak tahu aku menaruh di mana minyak tanah itu “.
“ Baiklah kalau begitu, sebenarnya aku takut dengan petirnya Nis, tapi kalau ada kamu di sampingku, aku siap melewati apapun”. Nisa hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu.
Persahabatan kami yang begitu kental sedari kecil, membuat kami mampu melewati suka duka persahabatan kami selama ini. Setelah hampir sampai di dekat rumah ku, langkahku seperti tertahan. Aku melihat warga sekitar rumah sudah berkumpul di depan Gubuk tua itu, terlihat orang keluar masuk disana.
“ Ada apa ini? Apa Ibu ku sudah berbuat Onar lagi sehingga meresahkan Warga Kampung? “ Gumam ku kala itu.
Seperti tanpa di komando, aku langsung menerobos masuk kedalam rumah, aku tak pedulikan lagi buku-buku yang berjatuhan dan Baju ku yang basah kehujanan. Segera saja aku langsung masuk ke Ruang Depan Namun diriku tak mendapati Nenek Isah yang biasa tidur di Bale Bambu. Mataku langsung tertuju pada Kamar Ibu yang sudah di kerumuni Warga. Sejurus kemudian, tangisan ku langsung membuncah, memecahkan suasana dalam Gubuk tua. Bagai di sampar petir, kini aku mendapati Nenek dan Ibu ku sudah terbujur kaku saling berpelukan dalam Kain Jarik berwarna Coklat itu.
Bidan tetangga desa yang datang menjelaskan pada ku bahwa mereka telah meninggal karena kaku kedinginan, hujan deras yang mengguyur sedari sore memang amat menusuk tulang, di tambah keadaan Gubuk tua yang selalu kebocoran dikala hujan datang. Gubuk yang hanya ada dua Lampu Sentir sebagai penerangan dimalam hari, rupanya tidak cukup membuat kehangatan di tubuh mereka. Hingga akhirnya mereka terbujur kaku dengan posisi saling berpelukan.
Ada penyesalan yang mendalam yang aku rasakan, “Ah…andai saja aku tidak lupa untuk mengisi lampu-lampu sentir yang tinggal setengah itu, mungkin tidak begini kejadiannya, namun ini semua sudah ditakdirkan yang Maha Kuasa”.
“ Ya Tuhan, selagi Engkau luaskan rasa sabar di hatiku, dan selama Engkau tahu aku mampu melewatinya, aku pasrah menerima cobaan ini”.
Tak terasa air mata ini sudah meleleh membasahi pipi ku
Demi melihat jasad Nek Isah dan Ibu yang sedang di urus oleh warga sekitar, perlahan pandanganku mulai buyar, pikiranku serasa melayang di udara dan lama kelamaan aku merasakan semakin gelap, semakin menjauh hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.
*********
Catatan :
- Lampu sentir : lampu dengan 1 sumbu kompor dan minyak tanah.
- Kain Jarik adalah kain Batik khas Jawa tengah yang bisa dipakai untuk selimut
Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata, mohon maaf apabila ada kesamaan nama dan kejadian karena ini hanya untuk kepentingan semata tanpa maksud apapun. Kritik dan Saran yang membangun sangat saya harapkan yach. Salam :)
Maret 29, 2012
Awas : Ada Racun dalam makanan kita
Cerita ini
berawal tadi pagi saat Ibu saya mau membeli pecel yang di jual keliling, kalo
dulu saya memang tidak tau dan hanya tau makannya aja..hehe…entah itu kerupuk
karak atau gendar dengan campuran pecel yang nikmat itu, rasanya sih nikmat
nikmat saja. Namun seiring dengan tidak ‘gapteknya’ saya yang selalu mencari
informasi via internet segala sesuatu
yang tidak tahu, dari sinilah muncul kebiasaan kebiasaan yang lebih baik lagi,
saya pernah merasakan gendar itu sendiri ( kira kira setahun yang lalu )
apabila sudah dalam bentuk gendar bertekstur kenyal, dan rasa yang sedikit asin
karena memang ini adalah garam mineral, apabila berlebih rasanya agak sedikit
pahit, dulu saya penasaran dengan gendar ini, kok nasi basi bisa di makan lagi
yah, begitu yang terlintas di benak saya, obat apa sebenarnya ini. Lalu saya
mencari informasi tersebut dan saya terkejut mendapatkan bahwa bleng itu adalah
nama lain dari boraks.
Seperti tadi
pagi ketika ibu saya dan para Ibu mau membeli pecel, saya melarang Ibu saya
dengan tidak menggunakan gendar tersebut, Saya berkata ‘ Bu, Ibu boleh beli
pecel itu tapi nggak pake gendar, lantas Ibu bertanya kenapa nggak boleh, saya
jelaskan kalau obat gendar yang dipakai dalam makanan itu adalah nama lain dalam
boraks. Spontan saja ada ibu ibu yang lain terkejut, wajar..karena mereka
adalah murni para Ibu Rumah Tangga biasa dan mungkin hanya tau boraks itu berbahaya,
dan hanya ada dalam bakso atau mie, tapi mereka nggak tahu kalau benda-benda
itu ada di sekitar mereka, seperti gendar, krupuk karak, atau lontong dsb. Dan
saya bilang sama si Ibu penjual pecel, alangkah lebih baik kalau bleng nya
diganti saja dengan obat pengenyal yang lain, contoh karagenan ( berasal dari
ekstraksi rumput laut ) dengan kadar 1-2% dari berat total adonan atau yang
biasa mereka sebut dengan STP, digunakan dengan konsentrasi maksimum 0.4%,
karena lebih dari batas tersebut bisa mengakibatkan getir/pahit.
Dan rupanya di sekitar
kita ada yang tidak tahu sebenarnya ‘bleng’ atau obat gendar itu. Itu lho yang
suka di bikin krupuk karak atau gendar, orang jawa menyebutnya demikian.
Karena bahan ini
sudah di gunakan secara meluas, dan mereka tidak tahu kalau obat gendar atau
bleng itu nama lain dari boraks…Itulah boraks dalam bentuk lain, nama lain dari
dari boraks itu sendiri adalah bleng=pijer=obat gendar=cetitet=obat puli
Bleng (dari
bahasa Jawa) adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai
dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar.
Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat ( Wikipedia )
Bleng adalah
bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan
industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam dunia industri,
boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik
kayu, dan pengontrol kecoak.
Memang dampak
dari bleng atau obat gendar ini tidak langsung dirasakan konsumen, namun seringnya
mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal
karena menumpuk sedikit demi sedikit dan di serap oleh tubuh. Apa jadinya
apabila anak anak sering mengkonsumsi makanan berbahan dasar boraks ini karena
ketidaktahuan kita. Saya harap, saya belum terlambat menginformasikan kepada
mereka yang belum tahu akan hal ini.
Semoga
bermanfaat.
Maret 13, 2012
Teknologi : Bagai 2 Sisi Mata Pisau
Teknologi sekarang ini sudah berkembang sangat pesat sekali
dan kedepan nya akan terus berkembang, karena kebutuhan manusia dalam hal teknologi sudah
sangat berada pada kebutuhan yang primer kalau menurut saya pribadi, siapa sih
yang nggak bertelepon ria sehari harinya, belum lagi teknologi 3G yang
memudahkan kita mengecheck keberadaan sesorang. belum lagi sms, BBM, chatting
lewat berbagai media social yang bertebaran bak jamur di musim hujan..
Kesemuanya merupakan teknologi yang telah di adopsi oleh
manusia, dan dengan adanya teknologi ini, banyak membawa kemaslahatan bagi si
manusia itu sendiri apabila di pergunakan dengan baik, bayangkan di jaman dahulu jika kita ingin
mengirim pesan saja, kita harus berkirim surat yang berhari hari, bahkan
sebelum ada surat menyurat, si pembawa baerita harus berjalan kaki membawa
kabar sehingga sampai ke si penerima, dan berbeda sekali dengan kemudahan yang kita dapat dari adanya kemajuan teknologi ini, mulai dari menyambung silaturrahim dan bisnis online yang sedang marak.
Manusia di beri akal dan pikiran oleh Sang Maha Pencipta
dengan begitu sempurna sehingga bisa menciptakan teknologi-teknologi yang
sedemikian canggih untuk kemakmuran hidup bagi sesama. Karena manusia sejatinya
memang saling berbagi dan saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Namun sangat di sayangkan, karena teknologi ini bagai dua mata
pisau, di satu sisi banyak di pergunakan untuk kemakmuran umat, di satu sisi
lain juga banyak di manfaatkan oleh segelintir orang orang tidak bertanggung
jawab untuk merusak moral manusia, dalam teknologi banyak bertebaran situs-situs pornografi, permainan game online yang berbau pornografi dan perjudian,
serta situs situs untuk hacker. belum lagi kasus penculikan ataupun perselingkuhan lewat dunia maya. Sungguh sangat di prihatinkan apabila generasi
penerus bangsa sudah di kotori dengan hal hal yang berbau negative.
Tugas Orang tua di sini sangat berperan aktif bagi
perkembangan si anak, terutama anak anak yang belum dewasa dan matang secara social.
Para Orang tua hendaknya mampu memberikan pengertian pengertian sederhana bagi
si anak agar anak mampu membentengi diri dari hal hal yang buruk.
Karena sesungguhnya Madrasah atau sekolah pertama anak ada
di dalam Keluarga, yaitu berupa kasih sayang, apabila dalam keluarga si anak
mendapat limpahan kasih sayang orang tua, kemungkinan besar si anak tidak akan
mencari figure lain selain para orang tua mereka, dan ini akan berdampak pada
kehidupan social si anak, dimana si anak biasanya mampu membentengi dirinya
sendiri dari hal hal yang akan mengakibatkan dampak buruk bagi dirinya sendiri,
dan sebaliknya apabila si anak kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga, si anak akan mencari
sosok/figur lain diluar para orang tua, yang bisa mengakibatkan dampak buruk bagi
anak.
Untuk itu para orang tua hendaknya memberikan limpahan kasih
sayang dan pembelajaran sederhana bagi si anak agar para generasi penerus
bangsa bisa berkembang dengan sehat baik secara jasmaniah dan rohaniah.
Februari 04, 2012
Waspada, Game Online perusak moral anak
Maraknya berbagai game
online yang tersebar banyak di dunia maya perlahan namun pasti,
nampaknya akan merusak moral anak bangsa. Salah satu yang popular yaitu
P**nt B*ank, bukan maksud untuk menyidir atau menyalahkan permainan
tersebut, yang saya lihat belakangan ini memang seperti itu
Sebut saja kakak
beradik yang bernama andi dan budi ( keduanya bukan nama sebenarnya )
kira kira usia mereka berumur 9 tahun dan 11 tahun. Keisengan mereka
yang berawal dari pergi ke warnet, sekedar untuk browsing tugas sekolah
kemudian melihat para ‘senior’ mereka bermain game online, setelah
beberapa minggu akhirnya mereka mencoba bermain sendiri, hasil dari uang
jajan yang di berikan orang tua ketika mereka sekolah, malah di gunakan
untuk bermain game selepas pulang sekolah, dari yang awalnya hanya main
1 jam atau 2 jam, lama kelamaan meningkat main paket selama 4 jam.
Dan entah mungkin karena ‘ketagihan’ main game online, mereka jadi
meninggalkan kewajibannya sebagai pelajar, pulang sekolah, mereka pergi
ke warnet dan pulang ke rumah sudah sore hari, begitu seterusnya.
Mungkin kontrol orang tua yang lemah, dan mungkin juga orang tua yang
‘gaptek’, mereka pikir kalo ke warnet hanya sekedar browsing tugas
sekolah atau kalaupun bermain game hanya permainan game biasa dan sudah
lumrah. Para orang tua tidak mengetahui adanyaunsur-unsur judi dalam point blank ini.
Ketika saya mencoba
bertanya kepada mereka, seperti apa sih game P**nt Bl*nk ini?tanpa
berpikir panjang lagi mereka dengan lancarnya bercerita kalau di
dalamnya ada semacam voucher cash untuk membeli item item tertentu, dan
ini yang bisa di perjual belikan, mereka pernah menjual voucher itu
kepada orang lain seharga Rp. 50.000,- ( Masya Allah ), mereka juga
tertarik dengan permainan ini karena adanya adegan kekerasan seperti
penembakan dan pembunuhan, dan kalau hal ini dibiarkan saja, bukan tidak
mungkin anak akan meniru adegan kekerasan tersebut.
Dan yang lebih parah
lagi adalah, mereka pernah ketahuan beberapa kali mencuri sejumlah uang
hanya untuk kebutuhan bermain game tersebut. Sudah separah inikah efek
samping dari game online?sungguh ini benar benar sangat berbahaya.
Lemahnya pengawasan
dari orang tua, menyebabkan anak dengan mudahnya mendapatkan segala
informasi yang di dapat lewat berbagai media social tanpa filter, dan
pada usia anak anak biasanya mereka akan meniru bahkan mempraktekkan
langsung apa yang mereka lihat. Karena itu sudah saatnya para orang tua
menjaga anak anaknya dari berbagai kejahatan Game Online yang banyak
tersebar di dunia maya.
Januari 06, 2012
Tahun Baru, semangat baru
Nggak terasa yah, udah tahun 2012 aja, bumi udah semakin renta, dunia juga sudah berubah, setiap hari selalu aja ada yang baru dalam hidup kita, tapi kalo kamu ngerasa hidup kamu stag aja, nggak ada yang berubah, c'mon guys move on, mulai deh cari cari kesibukan baru, mulai bikin rencana yang nggak seperti biasa, jangan takut salah, jangan takut di sindir orang lain, karena emang kalo mau maju ya emang mesti beda dari yang lain, tapi emang harus di jalur yang positif lho..hehehe...
Alhamdulillah, hidup yang gue jalanin biasa ajja, cuma emang mesti ada progress untuk setiap tahunnya, contoh kalo dulu gue orangnya introvert banget, sekarang udah mulai banyak bergaul dengan siapapun itu, baik di dunia maya ataupun di dunia nyata, dari sana gue banyak belajar karena sering banyak berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan sosial, ehh...jangan salah lho,,,manusia dewasa belum tentu matang dalam lingkup sosialnya, maka dari itu,,,yuukk buka jendela lebar lebar, lihat apa yang terjadi luar sana, ikutan gabung dengan mereka selama kegiatan itu positif :)
Nah, karena seringnya gue ikutan komunitas, kalo tiap sabtu minggu libur bakalan ada aja tuh kegiatan, entah itu sekedar ketemu teman2 baru atau lama, seminar atau kegiatan sosial, tapi semua itu gue lakuin dengan tanpa paksaan, alias senang hati, emang sih awalnya agak 'jetlag' hahahaa...secara yang dulunya dirumah aja sekarang lah kok kabur kaburan melulu..kata tetangga sih....tapi bodo amat sih, yang penting gue enjoy and nggak pernah punya musuh ama orang lain.toh apa yang gue lakuin semuanya positif kok :) karena hasil interaksi dan komunikasi dengan berbagai pihak, telah memberikan pengalaman, pemikiran serta cara pandang baru pada kehidupan kita...*tsaelah bahasa loe cha..hihii...
Nah, karena seringnya gue ikutan komunitas, kalo tiap sabtu minggu libur bakalan ada aja tuh kegiatan, entah itu sekedar ketemu teman2 baru atau lama, seminar atau kegiatan sosial, tapi semua itu gue lakuin dengan tanpa paksaan, alias senang hati, emang sih awalnya agak 'jetlag' hahahaa...secara yang dulunya dirumah aja sekarang lah kok kabur kaburan melulu..kata tetangga sih....tapi bodo amat sih, yang penting gue enjoy and nggak pernah punya musuh ama orang lain.toh apa yang gue lakuin semuanya positif kok :) karena hasil interaksi dan komunikasi dengan berbagai pihak, telah memberikan pengalaman, pemikiran serta cara pandang baru pada kehidupan kita...*tsaelah bahasa loe cha..hihii...
Rencana tahun ini adalah alhamdulillah gue bisa kuliah, norak nggak sih, kedengerannya agak norak emang dan biasa banget, tapi buat gue ini suatu pencapaian dalam hidup, kalo kalian yang mungkin abis lulus sma/smk langsung bisa kuliah, mungkin bagus karena emang ada kesempatan, and masih belum mikirin apa apa, secara mungkin uang kuliah juga masih minta ortu. tapi apa yang gue alamin ini beda...gue mesti ditinggal bokap meninggal sebelum gue lulus sekolah, jadi lulus sekolah gue kerja dulu, biayain 2 ade gue sekolah sampai tahun 2008, dapat titipan anak yatim( keponakan gue ) di tahun 2006, masih bantu2 uang kuliah ade gue sampai hari ini, loe bisa bayangin kan betapa beratnya jadi kepala rumah tangga, makanya sayangin deh ortu kamu yang udah berusaha untuk hidup anak anaknya. Baru pada akhir tahun 2010 gue punya kesempatan itu, bayangin 12 tahun gue 'istirahat' tiba tiba gue harus sekolah lagi, tapi gue enjoy aja tuh, mumpung masih ada kesempatan, setelah di pikir dengan matang ya udah gue ambil aja, toh nggak bakal datang 2x. Ditengah beratnya hidup yang dijalanin, semoga kedepannya akan lebih baik lagi. Lagipula siapa sih manusia di dunia ini yang nggak punya persoalan hidup, iya kan??so gue jalanin aja dengan tetap rendah hati dan istiqomah sama Allah. :)
Keep spirit!!!!
Gerbong Khusus wanita, masih percaya???
Maraknya
kasus pelecehan seksual yang terjadi di atas moda transportasi umum,
membuat PT.KAI ( Kereta Api Indonesia ) meluncurkan 2 gerbong khusus
sejak agustus 2010 dan sejak setahun lalu di luncurkan seperti yang saya
lihat pagi ini, Gerbong dengan nuansa ungu yang nampak dari luar dan
bertuliskan Gerbong khusus Wanita, untuk KRL Jakarta-Bogor –Jakarta pada
prakteknya kini gerbong tersebut penuh sesak dengan para pria, persis
di gerbong- gerbong dengan tulisan “ Gerbong Khusus Wanita” sayangnya
saya tidak sempat untuk dokumentasi.
Seperti pada
peraturan peraturan yang lainnya, peraturan tinggallah peraturan di
negeri ini, masih banyak saya lihat di kereta yang naik di atas gerbong,
padahal peraturan PT.KAI nampaknya masih berlaku untuk mereka yang
nekat naik di atas gerbong dan kena sanksi berupa disemprot tinta
berwarna. Begitu juga dengan Gerbong Khusus Wanita ini, yang sedianya di
‘khususkan’ untuk para wanita demi mencegah pelecehan seksual yang
marak terjadi, namun kedisiplinan dengan adanya peraturan itu tidaklah bertahan lama.
Nampaknya alih
fungsi gerbong yang seharusnya di khususkan untuk kaum perempuan berubah
jadi gerbong umum ini dikarenakan lemahnya system pengawasan aparat dan
hal ini lagi lagi bukan solusi untuk kaum perempuan, walaupun pada
kenyataan nya sudah banyak rambu rambu, namun seperti
itulah yang terjadi di lapangan, hendaknya penegakan hukum memang harus
lebih di tingkatkan lagi serta adanya kesadaran dan pendidikan
masyarakat perlu dilakukkan untuk mencegah terjadinya lagi kasus
pelecehan seksual yang terjadi di moda transportasi umum.
Langganan:
Postingan (Atom)